Tuesday, June 13, 2017

·         Teori Komunikasi Massa Klasik
      - Teori Peluru / Jarum Suntik 
Teori yang di kembangkan oleh Willbur Schramm sekitar tahun 1950an ini merupakan teori media massa pertama yang mengasumsikan bahwa media massa yang dimaksud dengan komunikator lebih baik dari khalayak (komunikan). Penyampaian pesan satu arah dan efek kuat terhadap komunikan merupakan ciri teori ini yang memiliki pengaruh langsung, segera dan juga dapat menentukan khalayak. Media massa disini diibaratkan dengan jarum suntik yang berfungsi untuk menyuntik khalayak pasif yang dianggap hanya sekumpulan orang yang mudah dipengaruhi sehingga pesan yang disampaikan akan diterima. Hal ini membuktikan bahwa peran media memang sangat kuat terhadap komunikan karena pesan yaang sisampaikan secara langsung memiliki efek kuat.
Contoh kasus dari teori ini dapat kita buktikan dari kasus ini

1.      The Invasion from Mars.

Wilbur Schramm pada tahun 1950-an telah membuktikan teori ini yang efeknya terlihat jelas terhadap khayalak saat penyiaran kaleidoskop stasiun radio CBS di Amerika yang berjudul The Invasion from Mars oleh Orson Welles yang sedang melakukan siaran radio tentang adanya invasi mahkluk asing dari planet Mars yang menyebabkan ribuan orang Amerika panic dan heboh. Teori ini menunjukkan adanya kekuatan yang dimiliki media sangatlah besar sehingga khalayak/komunikan dianggap tidak mengetahui apa-apa dan media menjadi sumber pengetahuan. Seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi yang dapat mempengaruhi khalayak yang tidak berdaya (pasif).
      - Teori Kultivasi (George Gerbner)
Teori yang dikembangkan oleh George Gerbner ini merupakan bagian dari teori komunikasi yang membahas efek dari komunikasi massa yang dibuat untuk meyakinkan orang bahwa efek dari media massa bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tatanan sosial budaya dari pada individual. Teori ini menganggap televisi menjadi alat utama untuk dijadikan penonton belajar  tentang masyarakat dan budaya dilingkungannya dengan kata lain persepsi penonton tentang kedua hal tersebut ditentukan oleh televisi.  Mereka dapat melihat dan mempelajari dunia, kebudayaannya, adat, tradisi dan juga orang-orang di luar sana.

3 asumsi yang mendasari teori ini

- Televisi secara esensi dan mendasar berbeda dengan bentuk media massa lainnya.
- Televisi membentuk cara berpikir dan membuat kaitan dari masyarakat kita.
- Pengaruh dari Televisi terbatas.

Teori kultivasi tidak dikembangkan untuk mempelajari efek yang ditargetkan dan spesifik (Miller, 2005: 282) misalnya seperti saat anak-anak yang menonton superhero akan mencoba untuk terbang dengan melompat keluar jendela melainkan dampak dari televisi secara menyeluruh yaitu dengan bagaimana penonton melihat realitas dimana mereka hidup. Gerbner, Gross, Morgan, & Signorielli (1986) berpendapat bahwa meskipun agama atau pendidikan sebelumnya telah berpengaruh besar pada tren sosial dan adat istiadat, namun pada kenyataannya televisilah yang sekarang ini merupakan sumber gambaran yang paling luas dan paling berpengaruh dalam hidup karna televisi merupakan gambaran dari lingkungan umum kehidupan masyarakat.

Kemudian dalam Teori Kultivasi dijelaskan bahwa ada 2 tipe penonton televisi

(1)                          Heavy Viewers (penonton berat)
Mereka yang menonton televisi lebih dari 4 jam setiap harinya.

(2)                           Light Viewers (penonton ringan)
Mereka yang menonton televisi 2 jam atau kurang dalam setiap harinya.

  Teori kultivasi berlaku pada heavy viewers karena mereka telah mempunyai persepsi
tentang dunia berdasarkan apa yang mereka lihat dan terjadi di televisi. Misalkan saja seperti:
-           Sinetron yang menayangkan kekerasan dalam rumah tangga yang hanya setting-an saja namun mereka telah berpikiran bahwa perkelahian dalam rumah tangga pada dunia nyata adalah seperti sinetron. 
-          Berita kriminal biasanya identik terjadi di gang-gang gelap dan pada kehidupan nyata, saat kita mau berjalan melintasi gang-gang gelap kita akan lebih berhati-hati dan waspada karena kita telah berpikiran bahwa akan terjadi sebuah aksi kriminal.

      - Agenda Setting 

Teori ini dicetuskan oleh Maxwell, Mc Combs dan Donald Shaw. Mereka percaya bahwa media massa mempunyai kemampuan unntuk mentransfer arti-arti penting pada agenda berita mereka untuk agenda piblik. Teori yang menyatakan bahwa media massa berlaku sebagai penentu kebenaran dan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi kedalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa.

Agenda setting adalah bagaimana mereka dapat membentuk bahan pembicaraan atau opini publik sehingga media dapat menciptakan isu yang dianggap penting oleh publik/khalayak. Khalayak menilai itu penting karena media berkawa bahwa hal itu penting maka media tidak menceritakan apa yang khalayak pikirkan melainkan memberikan gambaran tentang apa yang harus dipikirkan oleh khalayak dan bahkan memberikan arahan tentang apa yang harus dilakukan khalayak. Orang yang membiarkan media membentuk pemikirannya adalah orang yang membutuhkan orientasi dan kebutuhan itu muncul dari relevansi yang tinggi dan adanya ketidakpastian.

Ada dua asumsi yang mendasari teori ini :
(1). pers dan media tidak mencerminkan realitas yang sebenarnya, melainkan mereka membentuk dan mengkonstruk realitas tersebut.
(2). media menyediakan beberapa isu dan memberikan penekanan lebih kepada isu tersebut yang selanjutnya memberikan kesempatan kepada publik untuk menentukan isu mana yang lebih penting dibandingkan dengan isu lainnya
Teori agenda setting memiliki tiga dimensi utama, berupa:

  1. Agenda media: Berpusat bagaimana media mengeksploitasi atau mengarahkan berita dan informasi secara terus menerus kepada massa. Berita yang diberikan kepada khalayak merupakan berita yang penting bagi mereka. Lalu, apakah menjadi headline atau tidak.
  2. Framing:Proses seleksi dari berbagai realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dari aspek lainnya. Framing dilakukan oleh media dengan menayangkan suatu berita terus menerus sehingga muncul agenda publik.
  3. Agenda kahalayak/publik berpusat pada informasi dan berita yang terus menerus diterima oleh publik sehingga menimbulkan perhatian tersendiri pada publik.
  4. Agenda kebijakan:Bagaimana akhirnya berita dan informasi tersebut mempengaruhi kebijakan publik atau kebijakan pemerintah.

      - Teori Kegunaan dan Gratifikasi (USES AND GRATIFICATION)

Teori ini merupakan perluasan dari teori kebutuhan dan motivasi Abraham Maslow. Maslow menyatakan bahwa orang secara aktif berusaha untuk memenuhi hierarki kebutuhannya.  Keaktifan manusia dalam upaya mmenuhi kebutuhan hidupnya ini sesuai dengan ide dalam kajian mengenai bagaimana manusia mengonsumsi komunikasi massa.

Teori kegunaan dan gratifikasi ini menjelaskan apa yang dilakukan seseorang terhadap media, bukan apa yang dilakukan media terhadap seseorang. Anggota khalayak dianggap sebagai pihak yang aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Teori ini menyatakan bahwa media memiliki pengaruh yang terbatas karena pengguna mampu memilih dan mengendalikan. Orang memiliki kesadaran atas pilihannya, dan mereka mampu memahami dan menyatakan alasan mereka menggunakan media. Keterbatasan media ini dijabarkan dalam dua pendekatan, antara lain sebagai berikut.
1.      Perspektif perbedaan individu melihat kekuatan media dibatasi oleh faktor-faktor personal seperti kecerdasan dan penghargaan diri.
2.      Model kategori sosial melihat kekuatan media terbatas oleh asosiasi anggota khalayak dan afiliasi kelompok.
Menurut teori ini, orang memanfaatkan media sesuai dengan kebutuhannya. Orang-orang memanfaatkan media untuk tujuan tertentu (kegunaan), orang-orang menentukan sendiri apa yang ingin mereka konsumsi dari media (kesengajaan), dan orang-orang memilih acara yang sesuai dengan selera mereka (selektivitas).
Bertolak dari asumsi diatas, media memiliki beberapa manfaat yang menggambarkan kategori kepuasan yang berasal dari penggunaan media antara lain:
1.  Pengalihan (diversion) merujuk pada penggunaan media sebagai pengalihan atau sebagai pelarian diri dari rutinitas dan permasalahan.
2. Hubungan personal (personal relationship) merujuk pada penggunaan media sebagai pengganti teman.
3.  Identitas personal (personal identity) merujuk pada penggunaan media untuk menekankan nilai-nilai individu.
4. Pengawasan (surveillance) merujuk pada penggunaan media untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.


Teori Komunikasi Massa Kritis
      Teori kritis merupakan anak cabang pemikiran Marxis dan sekaligus cabang Marxisme yang paling jauh meninggalkan Karl Marx (Frankfurter Schule). Cara dan ciri pemikiran aliran Frankfurt disebut ciri teori kritik masyarakat “eine Kritische Theorie der Gesselschaft”. Teori ini mau mencoba memperbaharui dan merekonstruksi teori yang membebaskan manusia dari manipulasi teknokrasi modern. Ciri khas dari teori kritik masyarakat adalah bahwa teori tersebut bertitik tolak dari inspirasi pemikiran sosial Karl Marx, tapi juga sekaligus melampaui bangunan ideologis marxisme
Teori kritis menjadi disputasi publik di kalangan filsafat sosial dan sosiologi pada tahun 1961 di mana teori ini menjadi inspirasi dari gerakan sosial kemasyarakatan. Gerakan sosial ini dipelopori oleh kaum muda yang pada waktu itu secara historis telah tidak ingat lagi dengan masa kelaparan dan kedinginan pasca perang dunia II. Ciri khas teori kritis adalah bahwa teori ini berbeda dengan pemikiran filsafat dan sosiologi tradisional. Pendekatan teori kritis tidak bersifat kontemplatif atau spektulatif murni. Teori kritis tidak hanya mau menjelaskan, mempertimbangkan, merefleksikan dan menata realitas sosial tapi juga bahwa teori tersebut mau mengubah. Pada dasarnya, Teori kritis mau menjadi praktis.
Sumber
http://www.kompasiana.com/igaceper/teori-peluru-atau-jarum-hipodermik_54f781c2a33311a0718b45db
https://www.academia.edu/7730990/Teori_Komunikasi_Massa_1_Oleh_Agusly_Irawan_S.Sos_M.A_

0 komentar:

Post a Comment

Total Pageviews

Popular Posts