Friday, March 31, 2017


Surat kabar muncul sejak ditemukanya mesin cetak oleh Johann Guternberg. Di Jerman prototipe surat kabar pertama terbit pada tahun 1609, namun bentuk surat kabar yang sesungguhnya terbit pada tahun 1620. Oxford Gazette merupakan surat kabar  pertama yang terbit secara teratur di Inggris pada tahun 1665. Namanya berubah menjadi London Gazette saat pusat pemerintahan Inggris berpindah ke London. Surat kabar harian yang pertama terbit di Inggris adalah Daily Courant. Pada tahun 1783 surat kabar harian pertama di Amerika Serikat adalah Pennsylvania Evening Post dan Daily Advertiser. Surat kabar relatif mahal harganya, sehingga para pembacanya hanya golongan elit dan politikus. Perkembangan teknologi mengakibatakan proses percetakan semakin cepat, sehingga harga surat kabar murah dan dapat dinikmati oleh seluruh kalangan. Pada tahun1833 Benjamin Day  menerbitkan surat kabar New York Sun seharga enam sen.

Pada akhir abad 19, surat kabar di Amerika Serikat mengalami masa kejayaan. Joseph Pulitzer menerbitkan St Louis Post-Dispatch dan membeli New York World pada tahun 1883. Ia memprakarsai dimuatnya cerita komik secara rutin pada surat kabar minggu. Bisnis surat kabar kian membesar dan terjadi banyak persaingan anatar penerbit surat kabar. Untuk menarik minat pembaca, penerbit melakukan berbagai cara,  di antaranya adalah menulis headline dengan huruf besar dan tebal, serta mengisi berita sensasional. Surat kabar macam ini disebut dengan yellow paper. Pada tahun 1919 terbit surat kabar New York Daily News yang memiliki ukuran lebih kecil, banyak menggunakan foto terutama dapa halaman pertama, dan menampikan satu atau dua headline, serta menekankan unsur seks dan sensasi. Hal ini disebut dengan Jazz Journalism.


Perkembangan Surat Kabar di Indonesia

Surat Kabar bernama Bataviasche Nouvelles merupakan surat kabar pertama yang masuk ke Indonesia yang dibawa oleh bangsa Belanda pada tahun 1744. Dan sampai pada abad ke 19, semua surat kabar di Indonesia diterbitkan dan dikelola oleh penguasa Belanda, dengan para pembaca yang merupakan orang – orang Belanda dan Pribudi yang mengerti bahasa Belanda.

Surat Kabar pertama untuk bangsa Pribumi pertama kali dimulai pada tahun 1854, dimulai dengan diterbitkannya Bianglala, lalu disusul oleh Bromartani pada tahun 1885, dimana keduanya diterbitkan di Weltevreden. Selanjutnya Soerat Kabar Bahasa Melajoe pada tahun 1856 di Surabaya. Sampai pada tahun 1904, pers di Indonesia mulai bangkit pada saat Raden Mas Djokomono mendirikan NV Javaansche Boekhandel & Drukkerij en Handel in Schrifbehoeften Medan Prijaji di Bandung. Diikuti dengan terbitnya mingguan Medan Prijaji pada tahun 1907 dan pada tahun 1910 Medan Prijaji berubah menjadi harian. Medan Prijaji merupakan surat kabar pertama milik anak bangsa Indonesia. Isi dari surat kabar terbitan anak bangsa ini umumnya bersifat perjuangan. Pada masa itu juga berkembang surat kabar yang diterbitkan warga Indonesia keturunan Tionghoa yang bernama Harian Sin Tit Po, Harian Matahari, dan Harian Sin Po. Dalam surat kabar harian ini bahasa yang digunakan adalah bahasa Tionghoa Melayu, surat kabar ini menjadi sarana yang efektif untuk menyebarluaskan berita – berita perjuangan nasionalisme.


Namun, sejak Dekrit Presiden 1 Juli 1959, pers nasional mengalami masa suram. Setiap perusahaan penerbitan pers diwajibkan memiliki surat izin terbit (SIT). Pada tanggal 1 Oktober 1958, Penguasa Darurat Perang Daerah (Paperda) Jakarta Raya menetapkan  batas akhir pendaftaran bagi seluruh penerbitan pers untuk memperoleh surat izin terbit (SIT). Setelah terjadinya G30S/PKI tahun 1965 terjadi perubahan besar pada bangsa Indonesia, khususnya terjadi perubahan pada warga Indonesia keturunan Tionghoa, hal ini berpengaruh juga kepada surat kabar-surat kabar berbahasa Mandarin. Satu- satunya koran berbahasa Cina terbitan Jakarta hanyalah Harian Indonesia. sejak dihapuskannya semua bacaan berhuruf Cina pada tahun 1967, Harian Indonesia menjadi satu-satunya koran di bawah pengawasan Departemen Penerangan yang menjadi alat sosialisasi bagi warga keturunan Cina yang hanya memahami bahasa Mandarin (Kompas, 2001). Hal ini berlangsung cukup lama sampai pada Kamis 21 Mei 1998, ketika berganti pemerintahan Orde Baru menjadi pemerintahan Reformasi. Pemerintahan demokrasi yang baru terbentuk dan kebijakan mengenai pelarangan Bahasa Mandarin dicabut dan penggunaan Bahasa Mandarin mulai bebas dan terbuka. Diikuti juga dengan kebebasan pers yang berubah menjadi kemerdekaan pers.

Secara yuridis, UU Pokok Pers No. 21/1982 pun diganti dengan UU Pokok Pers No. 40/1999. Dengan undang-undang dan pemerintahan yang baru, siapa pun dapat menerbitkan dan mengelola pers. Seperti ditegaskan pada Pasal 9 UU Pokok Pers No. 40/1999, ayat (1) setiap warga negara Indonesia dan negara berhak mendirikan perusahaan pers. (2) setiap perusahaan pers harus berbentuk badan hukum Indonesia (Sumadiria, A.S. Haris, 2006). Hal ini membuat banyaknya surat kabar- surat kabar terbitan baru dimana-mana, termasuk surat kabar-surat kabar berbahasa Mandarin.


Fungsi Surat Kabar

Dalam misi menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi rakyat Indonesia surat kabar tentunya memberikan kontribusi yang besar, tepatnya pada masa orde baru.
Didalam surat kabar, informasi merupakan hal yang paling utama karena informasi mempunyai fungsi yang paling menonjol. Hal ini sesuai dengan tujuan utama dari para pembaca surat kabar, yaitu rasa ingin tahu akan hal-hal yang terjadi disekitarnya. Fungsi lain yaitu sebagai suatu hiburan bagi pembacanya, contohnya adalah terdapat halaman seperti komik atau cerita bergambar, laporan tentang profil seseorang yang unik atau memotivasi. Begitu pula dengan fungsi yang dengan tujuan mendidik yang sering kita temukan pada artikel-artikel ilmiah. Fungsi pers, khususnya surat kabar pada perkembangannya bertambah, yakni sebagai alat control sosial yang konstruktif.

Karakteristik Surat Kabar
Agar tercapainya tujuan komunikasi, maka seorang seorang komunikator harus memahami kelebihan dan kekurangan media tersebut agar nantinya dapat memanfaatkan media masa tersebut secara maksimal. Karakteristik dari surat kabar antara lain:
1.      Publisitas
Menurut Effendy, publisitas adalah penyebaran pada publik atau khalayak. Dengan diterimanya pesan oleh khalayak di berbagai tempat maka semua aktivitas manusia yang menyangkut kepentingan umum adalah layak untuk dipublikasikan.
2.      Periodesitas
Keteraturan terbiatnya suatu surat kabar di tentukan oleh periodesitas, bisa harian, mingguan ataupun dwi mingguan.
3.      Universalitas
Universalitas menunjuk pada kesemestaan isinya, dimana didalamnya terdapat ragam dari seluruh dunia, seperti misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, budaya dan lain sebagainya. Lingkup kegiatan di dalamnya juga bersifat lokal, regional bahkan bisa internasional.
4.      Aktualitas
Aktualitas, menurut kata asalnya, berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya” (Effendy, 1981). Bila dikaitkan dengan berita, kedua istilah tersebut sangat berkaitan. Karena definisi dari berita adalah laporan tercepat mengenai fakta-fakta atau opini yang penting atau menarik minat.
5.      Terdokumentasikan
Dari berbagai fakta-fakta yang disajikan melalui surat kabar, dapat dipastikan terdapat berita-berita yang menarik yang nantinya akan dipilih untuk diarsipkan atau dijadikan kliping

Kategorisasi Surat Kabar

Beberapa kategori dari surat kabar di lihat dari ruang lingkupnya adalah surat kabar lokal, regional, dan nasional. Bila ditinjau dari bentuknya terdapat surat kabar biasa dan surat kabar tabloid. Bila dilihat dari segi bahasanya terdapat surat kabar berbahasa Indonesia, bahasa Inggris, maupun bahasa daerah.

Sumber:
http://kitaclickya.blogspot.co.id/2017/02/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

0 komentar:

Post a Comment

Total Pageviews

Popular Posts